Senin, 06 Juni 2011

MENGASIHI berarti MENGAMPUNI

Ketika Karol Wojtyla dulu masih mengajar di sebuah universitas di Polandia, ia mempunyai mahasiswa yang sangat dekat dengannya yang bernama Adam Zielinski. Ia tidak menyadari/ curiga bahwa sebenarnya muridnya itu adalah mata-mata dikirim oleh Partai Komunis di pemerintahan Polandia baru pasca rezim Nazi, untuk mencari-cari kesalahan yang bisa dipakai untuk menangkapnya. Namun, disepanjang pengamatan spionase-nya itu, Zielinski tidak menemukan hal-hal subversif yang dilakukan Wojtyla yang cukup sebagai bukti untuk menjadikannya tersangka dalam keadaan politik yang belum menentu di negara itu. Yang terjadi sebaliknya, ia justru makin mengenal Wojtyla sebagai seorang hamba Tuhan yang sungguh mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, juga bagi bangsa dan negaranya. Akhirnya Zielinski meminta maaf dihadapan gurunya itu.
Melihat dan mendengar pengakuan Zielinski yang mengakui kesalahannya dengan menyesal dan hancur hati, Wojtyla mengatakan "if you made mistakes, you already paid for them", maksudnya, penyesalannya yang diungkapkan itu sudah cukup untuk membayar kesalahannya. Wojtyla, dengan gampang sekali mengampuninya, ia sama sekali tidak bertanya mengapa ia melakukan perbuatan jahat kepadanya, apa latar belakangnya, ataupun jengkel, marah dan dendam. Zielinski tak pernah menduga bahwa ia mendapatkan maaf dan ampun dari gurunya segampang itu, padahal dialah yang selama ini menyebabkan gurunya itu menderita kesulitan akibat tekanan-tekanan partai komunis. Mengapa Wojtyla begitu mudah mengampuninya? Sebab, harga dari jiwa yang menyesal itu lebih mahal, dan rasa dendam sama sekali tidak sebanding dengan indahnya pertobatan.
Ini salah satu kisah yang diceritakan dalam film "Karol: A Man Who Became Pope", kisah hidup Pope John Paul II, yang diperankan sangat bagus oleh aktor Polandia Piotr Adamczyk. Dan juga musik latar yang bagus dari salah satu komposer terbaik Ennio Morricone. Dan film ini cocok sebagai wujud penghormatan/ tribute bagi salah seorang pemimpin terbaik Gereja, bahkan salah seorang pemimpin terbaik dunia, yang banyak kita kenal keteladanan pribadinya.



Pengampunan dosa adalah misi utama Tuhan kita Yesus Kristus. Ia telah mengajar kita untuk senantiasa mengampuni kesalahan sesama kita. Petrus pernah bertanya kepada Yesus, berapa kali sebaiknya pengampunan itu dilakukan?, selengkapnya kita baca sbb :
* Matius 18:21-35 Perumpamaan tentang pengampunan
18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."


Petrus bertanya, sampai sejauh mana pengampunan itu harus diberikan apabila seorang itu melakukan kesalahan terus menerus? Sampai tujuh kali kah? Petrus menganggap ini lebih baik dari tradisi Yahudi. Dalam Taurat juga ditetapkan peraturan pembalasan yang setimpal (lihat, Keluaran 21:24 dan Matius 5:38 ). Sangkanya, pengampunan sebanyak 7 kali sudahlah hebat dan cukup. Angka 7 adalah angka favorit dalam Alkitab. Dalam pemahaman orang Yahudi melambangkan perjanjian kekudusan dan pengudusan. Kandil (menorah/ kaki dian) memiliki "tujuh" lampu. Tindakan pendamaian dan pentahiran diselesaikan dengan "tujuh" kali percikan. Pengukuhan Sabat Yahudi termasuk Tahun Sabat, dan Tahun Yobel berdasarkan perhitungan angka "tujuh". Angka 7 adalah lambang kesempurnaan.

Namun, Yesus mengangkat permasalahan itu melampaui perhitungan praktis dengan mengatakan "tujuh puluh kali tujuh kali". Ia mengkoreksi apa yang yang dikatakan Petrus. Namun, jumlah ini sebaiknya tidak diartikan secara harfiah = 490kali. Maksud Yesus adalah, bahwa murid Tuhan tidak mempunyai hak menentukan batas untuk mengampuni. Hal ini selaras dengan apa yang pernah dikatakan Yesus dalam doa yang diajarkanNya tentang pengampunan : dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami (Matius 6:12). Dengan kata lain, kesediaan Allah untuk mengampuni kita tergantung pada kesediaan kita mengampuni orang lain :

"Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Matius 6:14-15)


Selanjutnya, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang pengampunan. Dikatakan bahwa ada seorang yang berhutang kepada raja sebanyak 10,000 Talenta. Pada umumnya satu Talenta bernilai 60 Mina atau 6,000 Dirham. 1 Dinar adalah 2 Dirham.

1 Dinar adalah upah pekerja 1 hari (Matius 20:2,13). Katakanlah upah kerja minimum sekarang ini ± Rp. 25,000.-- per hari. Maka uang Rp 25.000,-- setara dengan 1 Dinar Romawi, 1 Dirham adalah setengah Dinar, jadi 1 Dirham yaitu Rp 12,500.--.
1 Mina bernilai 100 Dirham atau Rp 1,250,000.-- .
Maka, 1 Talenta adalah mata uang dengan nilai 60 Mina atau 60 x Rp 1,250,000.-- = Rp 75,000,000.--.

Dengan demikian, hutang yang dimaksud dalam Matius 18:24 di atas menurut pengandaian ini adalah sebesar 10,000 x Rp 75,000,000.-- = Rp 750,000,000,000.-- (tujuh ratus lima puluh milyar). Sebuah jumlah yang sangat besar. dan hamba itu mendapat mengampunan hutang dari Raja sebesar nilai itu.


Namun, dilain pihak, hamba yang telah diampuni hutangnya itu gagal memahami contoh dari Raja. Hamba itu tidak kenal belas kasihan, ia menuntut pelunasan hutang dari sesamanya yang berhutang kepadanya sebesar 100 Dinar (kira-kira Rp. 2,500,000.--), jumlah yang sangat kecil jika dibandingkan dengan 10,000 Talenta (Rp. 750 milyar). Akhirnya, sikap yang tidak berbelas kasihan ini mengucilkan ia dari belas kasihan Allah.

Seorang yang ingin menerima belas kasihan dari Allah harus menunjukkan belas kasihan terhadap orang lain. Orang yang telah mengalami pengampunan dari Allah bertanggungjawab mengampuni orang lain. Inilah patokan dalam Kerajaan Surga. Raja itu menuntut seorang yang telah dikasihani dengan menghapus hutangnya, harus juga menunjukkan sikap yang sama, khususnya karena pelanggaran yang dilakukan sesamanya itu tidak ada artinya jika dibandingkan hutang manusia kepada Allah. Pengampunan yang dimaksudkan oleh Yesus harus juga tidak ada batasnya, Inti dari perumpamaan ini jelas bahwa orang yang tidak mengampuni tidak menerima pengampunan dari Allah.


Menyambung kisah Karol Wojtyla diatas, ketika sudah menjadi Paus, ia juga melakukan pengampunan yang dicatat dalam sejarah, seorang pemuda Turki Mehmet Ali Agca pada 13 Mei 1981, menembaknya di lapangan Santo Petrus. Setelah sembuh dari lukanya, ia bergegas menemui pemuda itu. Ia merangkul dan memaafkan orang yang berniat membunuhnya itu.


Seorang yang telah mendapat pengampunan dari Allah karena apa yang dilakukan oleh Kristus, wajib membuktikan terima-kasihnya dan ketergantungannya kepada Dia dalam perlakuannya terhadap orang yang lain. Seorang pengikut Kristus yang baik menandai dirinya dengan kerelaan saling mengampuni.


Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (Kolose 3:13)


Dari kisah di atas kita dapat belajar : Ekspresi dari Kasih yang paling sulit adalah Mengampuni, Jika kita tidak bisa mengampuni maka kita sudah dapat menilai diri kita sendiri bahwa kita tidak mengasihi. Jika kita berani Mengasihi berarti kita berani tersakiti, karena untuk itulah Pengampunan ada, yaitu untuk menyatakan Kasih yang sebenarnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar